Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD

Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD
Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui, siswa SD yang berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD selalu tidak terlepas dari hakikat matematika dan hakikat anak didik di SD. Sejalan dengan hal tersebut.

Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika di SD selalu berbeda

☛ Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami
dan mempelajari suatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya.
Konsep diberikan dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.

☛ Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak. Untuk
mempermudah siswa memahami objek matematika maka benda-benda konkrit digunakan pada tahap konkrit, kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-simbol pada tahap abstrak.
Contoh:
Seorang guru yang akan mengajar mengenai perkalian bilangan cacah di kelas 2, maka dapat memberikan pemahaman arti perkalian dengan menggunakan benda-benda konkrit seperti permen, kelereng, buku,penggaris, dll.
Misal:
Pemahaman 3 x 2, dapat dilakukan dengan memberikan soal cerita, seperti, Ibu mempunyai 3 bungkus kelereng yang tiap-tiap bungkus berisi 2 kelereng. Guru mengelompokkan 2 kelereng. Menggambar 2 kelereng sebanyak 3 kelompok .
Seperti berikut :
â—¯ â—¯ â—¯ â—¯ â—¯ â—¯

Guru bertanya pada siswa bereapa banyak kelereng semuanya.
Guru memberikan penjelasan bahwa 3 kumpulan yang berisi 2 kelereng sama dengan kumpulan yang terdiri dari 6 kelereng.
Dengan menggambar dan menuliskan 3 x 2 = 6.

☛ Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.
Contoh :
Pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya.
Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.

☛ Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.

☛ Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

Konsep-konsep matematika tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu konsep dengan pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif. Artinya siswa
dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Pembelajaran suatu konsep perlu memperhatikan proses terbentuknya konsep tersebut.

Dalam pembelajaran bermakna siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep-konsep tersebut pada situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa terhindar dari verbalisme.
Karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran ia memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar. Ia akan belajar dengan baik.

Contoh:
Pembelajaran matematika di yang bermakna
a. Untuk mendapatkan sifat komutatif perkalian
Misal : a × b = b × a
Maka dapat dilakukan dengan memberikan soal:
3 × 2 = ... 4 × 5 = ...
5 × 4 = ... 2 × 3 = ...
4 × 7 = ... 7 × 4 = ...
6 × 3 = ... 3 × 6 = ...
Selanjutnya guru dapat membimbing siswa sehingga dapat menyimpulkan a × b = b × a

b. Untuk mengajar konsep balok siswa diberi balok dan disuruh untuk menghitung banyak rusuk, titik sudut, bidang sisi balok sehingga siswa dapat menyimpulkan definisi balok.

Prinsip Dalam Melaksanakan Pembelajaran Matematika di SD
Ada beberapa prinsip pembelajaran matematika di SD, yaitu:

1. Guru di Sekolah Dasar dapat menyusun Silabus atau perencanaan pembelajaran dengan mengacu dan berpedoman kepada Kurikulum.

2. Kecakapan matematika atau kemahiran matematika yang perlu dimiliki oleh siswa. Pembelajarannya tidak diberikan tersendiri tetapi harus diintegrasikan dengan materi matematika. Kemahiran matematika yang disajikan secara eksplisit dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat menjadi perhatian dan pertimbangan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.
Kecakapan matematika atau kemahiran matematika yang harus, dicapai siswa dalam belajar matematika mulai dari SD / MI sampai SMA / MA adalah sebagai berikut :
â™› Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma (secara lu hitung) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
â™› Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau dugaan untuk memperjelas keadaan atau masalah.
â™› Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.
â™› Menyusun kemampuan strategi dalam membuat atau merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
â™› Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

3. Kompetensi Dasar yang tertuang dalam Standar Kompetensi dalam Kurikulum Merupakan kemampuan minimal yang dapat dikembangkan oleh sekolah. Guru dapat memberikan pembelajaran dengan mengkaitkan materi-materi matematika mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 pada Standar Kompetensi ini atau dapat menambah dan memperluas materi tersebut.

4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika adalah :
♝ Guru hendaknya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
♝ Pembelajaran matematika berfokus kepada pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal, terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
♝ Beberapa keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah adalah:
✔ Memahami soal:
memahami dan mengidentifikasikan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
✔ Memilih pendekatan atau strategi pemecahan:
Misalnya masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika.
✔ Menyelesaikan model:
melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi, untuk mendapatkan solusi dari masalah.
✔ Menafsirkan solusi:
menerjemahkan hasil operasi hitung dari model atau kalimat matematika untuk menentukan jawaban dari masalah semula.
♝ Pada setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi

5. Untuk mengetahui tingkat keberhasilandan efisiensi suatu pembelajaran guru perlu melakukan penilaian.

6. Guru dapat menggunakan teknologi komputer, alat peraga atau media lainnya untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran.

=============
Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika SD
  • ➨ Pendahuluan
  • ➨ Kegiatan Belajar 1
    Hakikat Matematika, yang mencakup pengertian matematika, beberapa pendapat dari para ahli mengenai matematika, matematika adalah ilmu deduktif, ilmu terstruktur, ilmu tentang pola dan hubungan, matematika adalah bahasa simbol dan kegunaan matematika.
  • ➨ Kegiatan Belajar 2
    Hakikat Anak Didik yang mencakup anak sebagai suatu individu dan anak usia SD dalam pembelajaran matematika di SD, meningkatkan minat belajar matematika pada anak dan upaya peningkatan prestasi anak dalam pembelajaran matematika.
  • ➨ Kegiatan Belajar 3
    Pembelajaran Matematika di SD yang mencakup ciri-ciri pembelajaran matematika di SD, yaitu pembelajaran matematika menggunakan pendekatan spiral, pembelajaran matematika bertahap, pembelajaran matematika menggunakan pendekatan indukktif, pembelajaran matematika kebenaran konsisten, dan pembelajaran matematika hendaknya bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
  • Andi Hakim, N. (1980). Landasan Matematika, Jakarta : Bharata Aksara.
  • Erman, S dan Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta : Universitas Terbuka.
  • Herman, H. (1990). Strategi Belajar Matematika, Malang : IKIP Malang.
  • Lisnawaty, S. (1992). Metode Mengajar Matematika 1, Jakarta : PT. Rineka Cipta
  • Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG, Bandung : Tarsito.
  • Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung : Tarsito.
  • Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud.
  • Wragg, E.C. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar, Jakarta : Gramedia

Mengerjakan pembagian pecahan umumnya kita harus kembalikan ke perkalian pecahan, lihat pada video ini dikerjakan dengan cara pilar (pintar bernalar);

Via : http://www.foldersoal.com

0 Response to "Ciri dan Prinsip Pembelajaran Matematika di SD"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel